Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Pemetaan Terumbu Karang

Jumat, 13 November 2009

17 Januari 2003

    Wilayah laut Indonesia yang luas dengan garis pantai yang panjang dan dengan posisi geografisnya yang unik memiliki sumber daya terumbu karang yang kaya dan luas. Untuk pengelolaannya yang efektif dan efisien sangat diperlukan informasi mengenai luas dan sebaran terumbu karang di seluruh perairan Indonesia. Permasalahannya adalah bahwa sangat sulit untuk dapat menyediakan data dan informasi mengenai luas dan sebaran terumbu karang secara nasional dalam waktu yang cepat melalui pengamatan dan pengukuran langsung, karena akan memerlukan tenaga yang berat, biaya mahal dan waktu yang sangat lama.
Oleh karena itu perlu digunakan alternatif teknologi yang dapat mempercepat penyediaan data dan informasi mengenai luasan terumbu karang tersebut, misalnya penggunaan teknologi penginderaan jauh. Atas dasar pertimbangan itu, maka COREMAP melalui Deputi I bidang Informasi dan Pelatihan Terumbu Karang, bekerjasama dengan Bank Data Inderaja Landsat-TM LAPAN, melakukan kegiatan pemetaan untuk memperoleh data mengenai luas dan sebaran terumbu karang serta panjang garis pantai di Indonesia menggunakan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi (SIG).

    Yang dimaksud dengan data dan informasi mengenai luas dan sebaran terumbu karang dalam pemetaan ini mencakup luas dan sebaran pasir karang, rataan terumbu tengah, tubir dan lereng terumbu. Dengan kata lain dalam kegiatan ini terumbu karang terdiri dari binatang karang, derivatnya dan habitat yang ada di dalamnya.

    Pemetaan terumbu karang menggunakan teknologi inderaja Landsat-TM ini dilakukan sampai batas kedalaman yang dapat dideteksi oleh sensor satelit. Untuk daerah yang datar atau agak landai, penghitungan luas dilakukan secara langsung berdasarkan jumlah piksel. Untuk daerah dengan sudut kemiringan yang agak besar, perhitungan luas terumbu karang dibantu dengan suatu transformasi yang memasukan komponen batimetri. Sedangkan untuk daerah yang sangat curam atau yang berbentuk dinding terjal, penentuan luas terumbu karang dilakukan secara visual dan dengan bantuan echosounder.ÿ
Adapun batasan-batasan mengenai peristilahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:

* Luas terumbu karang: di ukur mulai dari garis pantai dengan dasar pasir karang, rataan terumbu, tubir dan lereng terumbu sampai kedalaman di mana karang masih hidup dan membentuk terumbu;
* Takat (patch reef); diukur sesuai dengan kondisi yang terekam oleh citra Landsat -TM
* Karang tepi (fringing reef ); diukur mulai dari garis pantai sampai batas kedalaman di mana karang masih hidup dan membentuk terumbu.
* Karang penghalang (barrier); di ukur luasnya di kedua sisi, baik yang menghadap ke laut lepas maupun yang menghadap ke pulau utama;
* Atol; diukur di kedua sisi, baik yang menghadap ke laut lepas maupun ke lagoon (goba). Goba yang kedalamannya kurang dari 10 meter dianggap sebagai satu kesatuan luas karang di atol tersebut;
* Panjang garis pantai; diukurmengikuti garis pantai yang ada pada citra Landsat-TM

Untuk mencapai hasil yang optimal,ÿDeputi I COREMAP membagi pelaksanaan kegiatan pemetaan ini dalam dua tahap, yaitu:

* Tahap I (tahun anggaran 1999/2000) untuk daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi.
* Tahap II (tahun anggaran 2000/2001) untuk daerah Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya

Pemetaan tahap pertama saat ini telah selesai dilakasanakan dan hasilnya sebagai berikut:ÿ

1. Data luas terumbu karang dalam bentuk tabular untuk setiap wilayah;
2. Data sebaran spasial terumbu karang skala 1 : 100.000 digital dalam media perekam CD-ROM untuk setiap wilayah;ÿ
3. Data sebaran spasial terumbu karang dalam bentuk hardcopy skala 1 : 500.000 dan rekaman digital dalam media CD-ROM untuk wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi;ÿ
4. Data garis pantai hasil pembaharuan dengan menggunakan citra satelit dalam bentuk media rekaman CD-ROM.ÿ


    Kegiatan pemetaan tahap kedua waktu ini masih dalam proses awal. Berbekal pengalaman yang diperoleh pada pelaksanaan tahap pertama serta dengan peralatan dan fasilitas yang tersedia diharapkan implementasi tahap kedua akan berjalan lebih lancar


Geryanto Nugrahadi

 
 
 
 
Copyright © orangrumahan